Pemimpin Gerakan Ansar Allah, Abdul-Malik al-Houthi, menegaskan bahwa agresi Israel terhadap Yaman pada Rabu, 10 September 2025, sama sekali bukan pencapaian, melainkan bukti nyata kebangkrutan dan kriminalitas. Dalam pidato rutinnya pada Kamis, 11 September 2025, beliau mengulas perkembangan terbaru seputar agresi terhadap Jalur Gaza beserta dampak regional dan internasionalnya. Abdul-Malik al-Houthi menekankan bahwa Yaman, baik secara resmi maupun publik, memegang sikap tulus, terlibat dalam pertempuran yang serius, serta sepenuhnya menyadari pentingnya, kesucian, dan nilai dari pengorbanan yang sedang dijalankan. Menurut beliau, kejahatan Israel tidak akan melemahkan tekad rakyat Yaman; sebaliknya, hal itu justru memperkuat keteguhan dan keberanian mereka, sebab satu-satunya pilihan alternatif selain berjuang adalah menyerah dan menerima kerangka pelanggaran sebagaimana dilakukan sebagian pihak di kawasan. Karena itu, beliau menyerukan long march berjuta-juta massa pada Jumat, 12 September 2025, di Sanaa dan seluruh alun-alun publik Yaman.
Menyinggung Palestina, Abdul-Malik al-Houthi menggambarkan rangkaian kejahatan harian yang dilakukan pendudukan Israel sebagai genosida terbesar—“kejahatan abad ini”—yang berkat liputan media internasional kini menjadi jelas bagi seluruh umat manusia. Beliau menambahkan bahwa pasukan pendudukan terus melakukan penyerbuan ke Masjid al-Aqsa setiap hari dengan tujuan menormalisasi pemandangan biadab tersebut sampai dianggap lumrah. Abdul-Malik al-Houthi memperingatkan bahwa entitas Zionis berupaya mengokohkan kendali penuh atas seluruh Palestina sebagai landasan ambisi ekspansionisnya yang menjangkau Lebanon, Suriah, dan bahkan rancangan plot terhadap Yordania, Mesir, serta Irak.
Terkait Lebanon, Abdul-Malik al-Houthi menegaskan bahwa tekanan politik untuk melucuti senjata Perlawanan dimaksudkan agar musuh dapat menyelesaikan skema penguasaan negeri itu tanpa hambatan. Beliau menyoroti kontradiksi: ketika ada upaya melucuti Perlawanan di Lebanon, rezim Zionis justru meningkatkan persenjataan hingga level paling masif dalam sejarahnya. Mengenai Suriah, Abdul-Malik al-Houthi memandang agresi berulang Israel sebagai pelajaran penting bagi bangsa Arab dan bagi siapa pun yang meragukan konsep jihad.
Mengenai agresi terhadap Qatar, Abdul-Malik al-Houthi menekankan bahwa serangan ke Doha menunjukkan niat Israel memperluas pelanggarannya ke seluruh kawasan, tanpa menghormati kedaulatan atau hak negara-negara Arab. Beliau menyatakan solidaritas penuh kepada delegasi perunding Hamas yang menjadi sasaran, menyebut serangan tersebut pelanggaran terhadap kesucian seluruh negara Teluk. Abdul-Malik al-Houthi menyesalkan bahwa respons beberapa negara Teluk belum mencapai level minimum—yaitu pemutusan hubungan diplomatik dengan entitas pendudukan.
Di penghujung pidatonya, Abdul-Malik al-Houthi menegaskan bahwa Amerika Serikat adalah mitra penuh Israel dalam mengokohkan pendekatan agresif dan menindas yang menormalisasi pelanggaran demi pelanggaran di kawasan.
Sumber berita: Al Mayadeen
Sumber gambar: The Middle East Online