Skip to main content

Dalam pidatonya pada peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, Rabu 10 September 2025, Sekretaris Jenderal Hizbullah Sheikh Naim Qassem menegaskan bahwa Hizbullah telah menggagalkan seluruh tujuan agresi Zionis, menghalangi upaya pendudukan, dan membuktikan bahwa Israel kini berada dalam posisi deterensi yang membuatnya tak mampu menapak di tanah Lebanon. Beliau menekankan bahwa sejak berdirinya Lebanon modern, entitas Zionis selalu menyimpan ambisi rakus untuk menguasai seluruh negeri. Karena itu, menurut beliau, bentuk tertinggi patriotisme adalah membela tanah air dari agresi Israel.

Sheikh Qassem mengingatkan harga mahal yang dibayar Hizbullah untuk menjaga kedaulatan, termasuk pengorbanan paling berharga: syahadah Sayyid Hassan Nasrallah dan Sayyid Hashim Safieddine. Menurut beliau, darah para syuhada itulah yang membangun tembok kokoh penghalang ekspansi Israel, memastikan stabilitas, membuka jalan bagi lahirnya era politik baru dengan terpilihnya Presiden Michel Aoun, serta menghalangi musuh mencapai tujuan kolonialnya.

Beliau menyoroti krisis internal Lebanon yang berakar dari korupsi dan kegagalan mengimplementasikan Perjanjian Taif, sementara agresi Israel mendorong negara semakin dekat ke jurang kehancuran. Gencatan senjata November lalu, kata beliau, semestinya menghentikan agresi dan memulihkan peran negara dalam menyingkirkan pendudukan, namun hingga kini dua tujuan itu belum terwujud.

Merespons sidang kabinet 5 dan 7 Agustus yang membahas rencana pembatasan senjata hanya di tangan negara, Sheikh Qassem menyebut langkah itu ultra vires alias melampaui mandat. Beliau menegaskan bahwa diskusi soal pertahanan tak dapat dilakukan di luar kerangka strategi pertahanan nasional. Bagi Hizbullah, fondasi pembangunan Lebanon berdiri di atas tiga pilar: menegakkan kedaulatan dengan mengusir Israel dan mencegah perwalian Arab-Amerika, menata ulang kerja institusi negara serta rekonstruksi, dan memerangi korupsi.

“Masalah kita ada dua: sebagian orang di dalam negeri ingin menyerahkan senjata Hizbullah , sementara di luar ada agresi Israel yang tak henti-hentinya,” tegas beliau. Beliau memperingatkan kelompok domestik yang berjalan sesuai agenda Zionis agar berhenti memberi dalih kepada musuh dan kembali berperan sebagai mitra sejati dalam membangun negeri. Sheikh Qassem menegaskan bahwa mencari kekuasaan lewat Israel sia-sia belaka, dan menyerukan semua rakyat Lebanon—Muslim maupun Kristen—untuk bersatu membangun negara.

Lebih jauh, beliau memperingatkan bahwa Amerika Serikat siap menyerahkan Lebanon seutuhnya kepada Israel. Tujuan bersama Washington dan Tel Aviv, jelas beliau, adalah melucuti kekuatan Lebanon agar menjadi mangsa empuk proyek ekspansionis “Israel Raya”. Beliau menuding AS telah mengingkari komitmennya terhadap Lebanon dengan menempatkan agenda perlucutan senjata Hizbullah sebagai prioritas di atas segalanya. “Barat tak peduli pada Lebanon, yang mereka pedulikan hanya Israel. Sedangkan bagi kami, Lebanon adalah tanah, masa depan, dan generasi kami,” tegas beliau, menambahkan bahwa Perlawanan tak akan tunduk meski tekanan semakin keras.

Sheikh Qassem juga menyinggung agresi atas Qatar, yang menurut beliau merupakan agresi gabungan Amerika-Israel dengan restu penuh Washington, bagian dari proyek “Israel Raya.” Beliau menyerukan dunia Arab untuk menimbang ulang sikapnya: “Jika tidak mampu mendukung Perlawanan, setidaknya jangan menyerangnya, sebab tak ada yang sanggup menghadapi Israel selain Perlawanan.”

Dalam pidatonya, beliau menyampaikan salam khusus kepada rakyat Yaman yang dengan gagah menanggung beban besar demi menegakkan persatuan Islam dan membela Palestina. Bagi Sheikh Qassem, Palestina tetap menjadi poros utama yang mempersatukan umat, dan konsistensi bangsa Palestina dalam pengorbanan adalah bukti ketangguhan mereka melawan konspirasi global. Beliau menutup dengan menyinggung Operasi Ramot di dekat al-Quds sebagai teladan keberanian, bukti bahwa rakyat Palestina memiliki kedaulatan atas nasibnya sendiri, dan bahwa perlawanan tetap tegak berdiri meski dilanda agresi dan tekanan berlapis.

Sumber berita: Al Mayadeen

Sumber gambar: The South China Morning Post (SCMP)