Dalam lanjutan dukungan militer terhadap perjuangan Palestina, Angkatan Bersenjata Yaman pada 9 September 2025 mengumumkan serangan baru dengan rudal balistik dan drone terhadap situs-situs sensitif milik pendudukan Zionis. Brigadir Jenderal Yahya Saree, juru bicara militer Yaman, menegaskan dalam pernyataan televisi bahwa operasi ini dilakukan “sebagai wujud solidaritas dengan rakyat Palestina yang tertindas dan para pejuang pemberani mereka, serta sebagai jawaban atas kejahatan genosida dan kelaparan yang dilakukan musuh Zionis di Gaza.”
Saree mengungkapkan bahwa unit rudal menembakkan rudal hipersonik Palestine 2 dengan hulu ledak ganda ke arah target sensitif di sekitar al-Quds yang diduduki. Ia menegaskan bahwa serangan tersebut berhasil, memaksa jutaan pemukim Zionis berlarian ke dalam bunker perlindungan. Selain itu, unit drone Yaman melancarkan operasi terpisah dengan tiga UAV yang menghantam Bandara Ramon dan dua lokasi vital di wilayah Umm al-Rashrash (Eilat) di selatan Palestina yang diduduki. “Operasi ini mencapai seluruh tujuannya dengan izin Tuhan,” tegas Saree.
Pesan Yaman jelas: operasi akan terus berlanjut sampai agresi terhadap Gaza dihentikan dan blokade yang mencekik dicabut sepenuhnya. Saree menekankan, “Yaman akan terus melaksanakan operasi dukungan hingga agresi berhenti dan pengepungan di Gaza diangkat.”
Laporan media Israel mengkonfirmasi dampak langsung. Channel 14 mengakui adanya ledakan di dalam Bandara Ramon akibat serangan drone Yaman, sementara saksi mata menggambarkan dentuman keras mengguncang seluruh area. Sirene pun meraung di sekitar bandara, dan otoritas segera menutup ruang udara. Alarm tambahan berbunyi di wilayah Negev selatan karena kekhawatiran infiltrasi drone di dekat kawasan Dimona dan zona industri Rotem. Sumber media bahkan menyebutkan bahwa salah satu drone ditujukan ke pusat penelitian nuklir Dimona sebelum akhirnya dicegat.
Serangan ini bukan yang pertama. Pada 7 September, militer Yaman telah mengumumkan operasi UAV besar yang menghantam berbagai lokasi, termasuk Ramon Airport di Negev, Umm al-Rashrash (Eilat), Askalan, Isdud, dan Yafa. Yaman menegaskan bahwa serangan tersebut menghantam langsung aula kedatangan Ramon, menghentikan seluruh lalu lintas udara. Pesan peringatan juga disampaikan kepada seluruh maskapai penerbangan internasional: bandara di wilayah pendudukan tidak lagi aman dan akan terus menjadi target, sementara tanggung jawab atas konsekuensi sepenuhnya ditolak oleh pihak Yaman.
Media Zionis sendiri tak kuasa menyembunyikan dampak moral dari pukulan itu. Harian Maariv menulis bahwa serangan UAV pada 7 September terhadap Ramon Airport memiliki “implikasi simbolis dan visual yang serius.” Meski kerusakan fisik relatif terbatas, efek psikologis dan simboliknya begitu besar, terutama terhadap arus penerbangan. Maariv memperingatkan bahwa media internasional bisa saja melaporkan keliru seolah bandara besar seperti Ben Gurion yang diserang, yang akan semakin memperburuk reputasi keamanan Israel. Pukulan ini, tulis mereka, bisa memaksa maskapai asing yang baru saja melanjutkan penerbangan ke wilayah pendudukan untuk mempertimbangkan ulang keputusan mereka.
Dengan rudal hipersonik yang menembus hingga ke jantung al-Quds, serta drone yang berhasil menimbulkan ledakan di Ramon, Yaman menegaskan bahwa front solidaritas dengan Gaza kini bukan hanya di medan kata-kata, tetapi juga di medan pertempuran. Selama Gaza dikepung dan dibombardir, serangan dari Sanaa akan terus menghantam titik-titik lemah Zionis.
Sumber berita: Al Mayadeen
Sumber gambar: The South China Morning Post