Doha yang selama ini dikenal sebagai pusat diplomasi kawasan mendadak berguncang oleh dentuman keras yang mengoyak langit Katara. Rudal yang ditembakkan rezim Zionis menghantam lokasi perundingan Hamas, tepat ketika delegasi Palestina sedang membicarakan proposal gencatan senjata yang difasilitasi Amerika Serikat. Pada 9 September 2025, serangan itu menorehkan babak baru dalam agresi, yang oleh Hamas disebut sebagai upaya pembunuhan pengecut, kejahatan besar yang melanggar seluruh norma hukum internasional, sekaligus penghinaan terhadap kedaulatan Qatar yang selama ini berperan penting sebagai mediator bersama Mesir dalam menghentikan perang, mengupayakan gencatan senjata, dan mengatur pertukaran tahanan.
Ledakan itu menewaskan sejumlah anggota tim Hamas dan aparat keamanan. Jihad Lubad, direktur kantor pemimpin senior Hamas Khalil al-Hayya, gugur bersama putranya Hammam. Tiga anggota lain—Abdullah Abdel Wahed, Moamen Hassouna, dan Ahmad al-Mamlouk—turut syahid bersama seorang perwira keamanan Qatar, Badr Saad al-Humaidi. Meski dihantam serangan udara brutal, para pemimpin Hamas yang menjadi target utama berhasil selamat, seakan membuktikan bahwa garis perlawanan tak bisa dipatahkan oleh rudal dan mesiu.
Hamas menegaskan, agresi ini adalah bentuk sabotase terang-terangan terhadap proses negosiasi. Pada momen di mana delegasi Palestina sedang membahas tawaran Washington, Netanyahu memilih menjatuhkan bom. “Ini bukti bahwa rezim Zionis tidak pernah berniat mencapai kesepakatan. Mereka sengaja merusak setiap peluang dan mengorbankan keamanan regional,” tegas Hamas. Gerakan itu juga menuding Amerika Serikat turut bertanggung jawab penuh, karena keterlibatan langsung Washington dalam mendukung agresi dan kejahatan pendudukan.
Media Israel sendiri mengungkapkan adanya koordinasi erat dengan Amerika. Channel 13 melaporkan bahwa operasi di Doha dirancang bersama Washington, dengan komunikasi harian antara pejabat militer kedua pihak. Kepala Komando Sentral AS, Jenderal Brad Cooper, bahkan bertemu dengan Kepala Staf Israel Eyal Zamir, dan disebut berhubungan setiap hari lebih dari sekali untuk membicarakan detail operasi. Dalam 24 jam terakhir, Menteri Urusan Strategis Israel Ron Dermer juga berunding langsung dengan utusan Amerika Steve Witkoff. Fakta ini memperjelas bahwa serangan di Doha adalah hasil skenario bersama Zionis-AS, bukan tindakan tunggal Israel.
Sejumlah saksi mata melaporkan ledakan keras dan kepulan asap tebal di kawasan Katara, sebagaimana juga dikonfirmasi koresponden Reuters yang mendengar dentuman di jantung ibu kota Qatar. Seorang sumber senior Hamas yang dikutip Al Mayadeen memastikan bahwa delegasi perundingan selamat dari upaya pembunuhan, meski kehilangan para anggota dan pengawal yang gugur sebagai syuhada.
Serangan brutal itu kembali membuka mata dunia: siapa yang sungguh-sungguh menginginkan perdamaian, dan siapa yang justru berusaha menggagalkannya. Hamas menegaskan bahwa darah para syuhada tidak akan mengubah sikap dan tuntutannya: penghentian segera agresi terhadap Gaza, penarikan penuh pasukan pendudukan, pertukaran tahanan yang adil, masuknya bantuan kemanusiaan, dan rekonstruksi wilayah yang porak-poranda akibat perang. “Kejahatan semacam ini tidak akan mematahkan kami. Perlawanan akan terus berjalan sampai tanah Palestina bebas dari pendudukan, dan negara merdeka dengan Al-Quds sebagai ibu kota tegak berdiri,” tegas Hamas.
Sumber berita: Al Mayadeen
Sumber gambar: The South China Morning Post