Sebagai tanggapan atas agresi “Israel” dan dalam rangka membela Lebanon beserta rakyatnya, Perlawanan Islam melancarkan delapan operasi militer pada Jumat, 27 September 2024, yang menargetkan sejumlah permukiman dan kota-kota pendudukan jauh di wilayah utara Palestina yang diduduki — mulai dari Kiryat Ata di barat hingga Ilania (sekitar 35 kilometer dari perbatasan Lebanon) dan Tiberias yang diduduki di timur.
Operasi-operasi tersebut dilakukan dengan rentetan intensif roket Fadi 1 dan rudal Katyusha, selain serangan yang menargetkan pos-pos, barak, serta konsentrasi pasukan musuh “Israel” di sepanjang perbatasan Lebanon–Palestina menggunakan roket dan peluru artileri.
Sementara itu, media Israel melaporkan adanya hujan roket dari Lebanon yang menghantam wilayah Haifa dan Krayot. Organisasi Magen David Adom menyatakan bahwa sejumlah korban luka tengah dievakuasi setelah serangan roket jatuh di kawasan Tiberias.
Menurut laporan tambahan dari media Ibrani, kebakaran besar terjadi pada malam hari dan sebagian bangunan di kota Safed yang diduduki hancur akibat empat roket yang ditembakkan dari Lebanon. Beberapa orang terluka telah dievaluasi dari lokasi kejadian, sementara tempat-tempat perlindungan darurat dibuka di berbagai wilayah Palestina yang diduduki.
Dalam konteks ini, analis militer surat kabar Ibrani Israel Today menilai bahwa Hizbullah masih memegang kendali strategis, karena “citra dasar dari wilayah utara yang ditinggalkan dan warga yang dievakuasi belum berubah.”
Surat kabar Maariv melaporkan bahwa krisis keamanan di wilayah utara Palestina yang diduduki menyebabkan kerugian ekonomi besar, di mana lebih dari 50% restoran di wilayah tersebut menutup sementara, sementara sekitar 23% menutup permanen sejak awal perang.
Pada hari yang sama, sirene peringatan terdengar sebanyak sebelas kali di wilayah pendudukan, terutama di kawasan Gush Dan, Galilea Barat, dan sekitar Danau Tiberias.
Sumber berita: Al-Manar
Sumber gambar: Al Jazeera