Skip to main content

Komandan Pasukan Quds Garda Revolusi Islam Iran, Brigadir Jenderal Esmail Qaani, menegaskan pada Jumat, 3 Oktober 2025, bahwa keputusan Hizbullah untuk membuka front dukungan setelah Operasi Thufan al-Aqsa memainkan peran menentukan dalam mengubah jalannya pertempuran demi kepentingan perlawanan Palestina.

Dalam wawancara dengan televisi Iran, Qaani menyebut langkah tersebut diambil oleh Sekretaris Jenderal Hizbullah, Sayyid Hasan Nasrallah, “dengan penuh kebijaksanaan dan dalam membela kaum tertindas,” yang secara signifikan mengubah dinamika perang.

Qaani menegaskan bahwa baik Teheran maupun Hizbullah tidak memiliki pengetahuan sebelumnya mengenai operasi 7 Oktober, bahkan kepemimpinan politik Hamas pun tidak mengetahuinya. Ia menyebutkan bahwa Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyah, saat itu sedang dalam perjalanan ke Bandara Baghdad ketika operasi dimulai.

Mengenai kesyahidan Sayyid Hasan Nasrallah, Qaani menyebutnya sebagai “salah satu kejahatan terbesar yang dilakukan Israel.” Ia mengatakan operasi itu tidak hanya melibatkan bahan peledak, tetapi juga “sejumlah besar zat kimia,” yang menurutnya menjadi penyebab utama gugurnya Sayyid Hasan Nasrallah beserta para pendampingnya.

Qaani menuduh kekuatan-kekuatan besar dunia mendukung Israel dalam perang melawan Lebanon dengan mengerahkan kemampuan militer tercanggih. Namun demikian, katanya, Hizbullah tetap teguh dan menggagalkan rencana Israel, sekaligus membantah klaim bahwa kelompok tersebut telah dilemahkan oleh perang.

Komandan Pasukan Quds itu menekankan bahwa meski dengan sumber daya terbatas, kekuatan Hizbullah terbukti dengan keberhasilannya mencegah Israel maju lebih dari empat kilometer ke dalam wilayah Lebanon. Menurutnya, hal itu menunjukkan efektivitas perlawanan, meski pendudukan Israel melakukan pembantaian dengan dukungan militer Barat.

Ia juga menyoroti bahwa perang psikologis Israel lebih besar cakupannya daripada kampanye militer, namun pada akhirnya pendudukan Israel terpaksa meminta gencatan senjata. “Jika Israel mampu melanjutkan perang, mengapa ia meminta gencatan senjata?” ujarnya.

Qaani menggambarkan pertempuran 66 hari, yang dikenal sebagai Operasi Ahl al-Ba’s, sebagai salah satu perang paling penting di era modern, dengan Hizbullah memperlihatkan seluruh kemampuannya. Ia menambahkan bahwa ketika Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah, Syaikh Naim Qasim, mengatakan gerakan itu siap untuk “pertempuran ala Karbala” jika ditekan, “itu bukan slogan; para pejuang telah membuktikannya di medan tempur.”

Berbicara mengenai urusan dalam negeri Lebanon, Qaani menegaskan bahwa persoalan domestik harus diselesaikan sendiri oleh rakyat Lebanon, dan menekankan bahwa Iran tidak ikut campur. Ia memuji kesabaran Hizbullah menghadapi pelanggaran gencatan senjata Israel, menyebutnya sebagai “keputusan yang bijak dan tepat.”

Qaani menegaskan bahwa rakyat dan tentara Lebanon menyadari peran penting Hizbullah dalam menjaga keamanan negara. “Tentara telah mengambil pendekatan bijak dalam berhubungan dengan Hizbullah meski ada tekanan eksternal,” katanya, seraya menambahkan bahwa keamanan Lebanon tidak bisa dijamin tanpa perlawanan.

Ia menutup dengan menegaskan bahwa tidak peduli berapa lama agresi berlanjut, “musuh tidak dapat menghapus satu pun front perlawanan,” dan menekankan bahwa pertempuran semacam itu hanya akan memperkuat gerakan. Qaani menambahkan bahwa Hamas, meski dalam kondisi pengepungan, tetap memproduksi senjata dan melancarkan serangan terhadap pendudukan Israel.

Secara strategis, katanya, perlawanan tetap berada di posisi kemenangan: “Di medan perang kita sama-sama menerima dan memberi pukulan, tetapi pada level strategis kita adalah pemenang mutlak. Dunia kini menyaksikan wajah sebenarnya yang kriminal dari Israel.”

Sebelumnya pekan ini, Kepala Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, Ali Larijani, mengunjungi Lebanon untuk menghadiri peringatan syahidnya Sayyid Hasan Nasrallah, menekankan peran Hizbullah sebagai kekuatan strategis dalam melindungi Lebanon sekaligus memuji diplomasi regionalnya, termasuk dengan Arab Saudi.

Sumber berita: Al Mayadeen

Sumber gambar: Shafaq News