Hari ini menandai peringatan syahadah Sayyid Hasan Nasrallah. Sosoknya dikenal luas sebagai pemimpin yang memadukan keberanian, kecerdasan, keteguhan, kebijaksanaan, dan loyalitas. Selama lebih dari tiga dekade, ia memainkan peran penting dalam membangun fondasi perlawanan di Lebanon, baik dari sisi politik, militer, maupun sosial.
Pernah dianggap sebagai pukulan telak bagi barisan perlawanan, syahadah Sayyid Hasan Nasrallah justru memperlihatkan hal sebaliknya. Meskipun agresi Israel-Amerika menyebabkan banyak korban, kerusakan rumah, dan pengungsian, basis pendukung Hizbullah tetap teguh. Ketahanan ini bukan reaksi sesaat, melainkan hasil dari kepemimpinan panjang beliau yang membangun manusia perlawanan secara spiritual dan moral.
Pemimpin Revolusi Islam, Ayatullah Sayyid Ali Khamenei, menyebut Sayyid Hasan Nasrallah sebagai warisan penting tidak hanya bagi Lebanon, tetapi juga bagi dunia Arab dan Islam. Warisan itu tampak dalam prinsip dasar yang ia pegang: bangsa yang tidak membela diri tidak akan ada yang membelanya; tanah yang diduduki tidak bisa dibebaskan dengan sekadar protes; dan mendiamkan kezaliman terhadap sesama manusia adalah bentuk pengkhianatan. Membela kaum tertindas adalah kewajiban kemanusiaan, moral, dan agama.
Prinsip-prinsip tersebut terwujud dalam berbagai peristiwa penting. Pembebasan Lebanon Selatan pada tahun 2000 menjadi contoh nyata setelah puluhan tahun menunggu “keadilan internasional” yang tak kunjung datang. Keputusan Hizbullah untuk terlibat dalam perang Suriah, meski penuh risiko, kemudian terbukti mempertahankan stabilitas regional. Dukungan tanpa syarat bagi rakyat Gaza pun menjadi salah satu tonggak konsistensi politik yang diwariskan Sayyid Hasan Nasrallah.
Peringatan tahun pertama syahadahnya dipandang sebagai momentum untuk memperbarui janji melanjutkan jalan perlawanan, menjaga persatuan nasional, serta mendukung perjuangan Palestina.
Ketua Partai Demokratik Lebanon, Talal Arslan, menyebut Sayyid Hasan Nasrallah sebagai pribadi dengan keutamaan moral yang sulit ditemukan pada siapa pun. Menurutnya, kepergian beliau tidak menghapus pengaruhnya, justru menjadikannya simbol yang tidak bisa dibungkam dan panji yang tidak bisa diturunkan.
Sumber berita: Al-Alam
Sumber gambar: Al Jazeera