Pemimpin Revolusi Islam, Ayatullah Sayyid Ali Khamenei, dalam pidatonya kepada rakyat Iran pada Selasa malam menyinggung sejumlah isu penting dalam negeri, regional, dan internasional. Meski berfokus pada persoalan domestik, Ayatullah Sayyid Ali Khamenei menegaskan bahwa perkembangan internal Iran kini tak bisa dipisahkan dari dinamika eksternal yang kian saling berkaitan.
Tiga poros utama disorot dalam pidato tersebut. Pertama, persoalan persatuan nasional yang terbukti kuat selama agresi Israel-Amerika terhadap Iran baru-baru ini, yang dikenal sebagai Perang Dua Belas Hari. Kedua, hak sah Iran untuk memiliki program nuklir damai yang tidak boleh dirampas kekuatan manapun. Ketiga, sikap tegas terhadap negosiasi nuklir dengan Amerika Serikat dan keraguan atas keseriusan Washington yang selalu menambah syarat baru.
Ayatullah Sayyid Ali Khamenei menyinggung bahwa tujuan utama agresi sejak hari-hari awal sebenarnya bukan sekadar pembunuhan tokoh politik, militer, atau ilmuwan Iran, melainkan untuk menciptakan perpecahan internal. Upaya ini, kata Ayatullah Sayyid Ali Khamenei, dilandasi informasi palsu dari kelompok-kelompok seperti Organisasi Monafeqin Khalq, pendukung monarki, serta musuh-musuh Iran yang meyakinkan Amerika dan Israel bahwa rakyat Iran akan turun ke jalan menentang rezim Islam pada jam-jam pertama serangan.
Namun yang terjadi justru sebaliknya. Rakyat Iran turun ke jalan untuk mengecam agresi dan menegaskan dukungan penuh terhadap Republik Islam, terlepas dari perbedaan politik maupun etnisitas. Ayatullah Sayyid Ali Khamenei menyebut solidaritas dan kebersamaan ini bukanlah reaksi sesaat atau emosional, melainkan lahir dari kesadaran mendalam, dan akan tetap bertahan dalam kondisi apapun.
Mengenai isu pengayaan uranium, Ayatullah Sayyid Ali Khamenei menegaskan bahwa program ini adalah bagian dari martabat bangsa Iran. “Iran telah membayar harga mahal untuk mencapai teknologi pengayaan, dan kini menjadi salah satu dari sepuluh negara yang menguasainya. Kami tidak akan menyerah pada tekanan Amerika, tidak dalam isu pengayaan maupun dalam isu lain,” tegasnya. Ia menambahkan bahwa setiap pihak yang mencoba merampas pencapaian ini akan mendapat perlawanan keras dari rakyat.
Sementara terkait negosiasi nuklir dengan Amerika Serikat, Ayatullah Sayyid Ali Khamenei menyatakan bahwa pembicaraan di bawah ancaman hanya akan meruntuhkan martabat bangsa. “Negosiasi semacam itu tidak berguna, bahkan membawa kerugian yang sebagian bersifat permanen,” ujarnya. Ia menilai Washington selalu menambahkan syarat baru, termasuk permintaan agar Iran membatasi jangkauan misilnya, yang dianggapnya sebagai tuntutan tidak masuk akal karena berarti membiarkan Iran tanpa kemampuan membela diri.
Ayatullah Sayyid Ali Khamenei juga mengingatkan bahwa dunia tahu pihak yang pertama kali menarik diri dari kesepakatan nuklir adalah Amerika Serikat, sementara Eropa gagal menepati komitmen yang dijanjikan. Justru, saat Iran masih berunding dengan Amerika, Israel melancarkan agresi dengan lampu hijau dari Washington. Kini Eropa yang selama ini pasif malah mengancam menggunakan mekanisme pemicu untuk memberlakukan kembali sanksi PBB.
Dalam kesimpulannya, Ayatullah Sayyid Ali Khamenei menegaskan bahwa Iran harus kuat dalam segala aspek untuk menjamin keamanan, stabilitas, dan kemandiriannya. “Inilah satu-satunya jalan menghadapi kesombongan dan permusuhan Amerika serta Israel,” tandas Ayatullah Sayyid Ali Khamenei.
Sumber opini: Al-Alam
Sumber gambar: Middle East Monitor