Pemimpin Revolusi Islam dan Republik Islam Iran, Ayatullah Sayyid Ali Khamenei, menegaskan bahwa Iran tidak berniat memiliki senjata nuklir. Pernyataan ini disampaikannya dalam pidato kepada bangsa Iran pada peringatan dimulainya Pekan Pertahanan Suci, yang menandai 45 tahun perang Irak terhadap Iran dan awal perlawanan bangsa Iran. Dalam pidato tersebut, Ayatullah Sayyid Ali Khamenei kembali menegaskan posisi Iran mengenai sifat program nuklirnya yang bersifat damai dan ditekankan penggunaannya di bidang sipil. “Iran adalah salah satu dari sepuluh negara yang memiliki teknologi pengayaan uranium, dan kami tidak berniat memiliki bom nuklir,” ujarnya.
Sebelum memasuki pembahasan mengenai pengayaan uranium, Ayatullah Sayyid Ali Khamenei dalam pengantar pidato yang disiarkan langsung itu menyinggung tentang syahid Sayyid Hassan Nasrallah. Beliau menegaskan bahwa Nasrallah adalah aset besar bagi dunia Islam, bukan hanya bagi kalangan Syiah, dan menekankan bahwa kekuatan Hizbullah merupakan harta berharga bagi Lebanon maupun kawasan yang lebih luas. “Warisan ini akan terus hidup, kisah Hizbullah akan berlanjut,” tegasnya.
Berbicara tentang pengayaan uranium, Ayatullah Sayyid Ali Khamenei menyatakan bahwa Teheran dan negara-negara Barat berbeda pandangan mengenai masalah ini. Menurutnya, pengayaan uranium adalah proses yang efektif dan bermanfaat dalam kehidupan manusia, dengan aplikasi yang luas di berbagai bidang seperti pertanian, industri, gizi, lingkungan, sumber daya alam, dan listrik. Ia menambahkan bahwa daftar pemanfaatan uranium yang diperkaya sangat panjang, namun musuh tidak pernah rela terhadap penggunaan damai tersebut. Iran, lanjutnya, kini telah mencapai tingkat tinggi dalam pengayaan uranium dan termasuk dalam jajaran sepuluh negara yang menguasai teknologi ini.
Ayatullah Sayyid Ali Khamenei menegaskan bahwa bahkan serangan bom terhadap sejumlah fasilitas nuklir Iran tidak mampu menghentikan program pengayaan uranium, sebab negara ini telah sepenuhnya menguasai ilmu di baliknya serta memiliki puluhan, bahkan ratusan pakar domestik di bidang tersebut. “Iran tidak pernah menyerah pada tekanan, dan di masa depan pun tidak akan menyerah,” ujarnya. Beliau menjelaskan bahwa Amerika Serikat masih bersikeras pada kebijakan pengayaan nol, yaitu menuntut Teheran meninggalkan kemampuan ini. Menurutnya, tuntutan itu pada hakikatnya berarti melepaskan capaian nasional yang sangat berharga.
Dalam pidato itu, Ayatullah Sayyid Ali Khamenei menegaskan bahwa Iran telah “membayar biaya yang sangat mahal untuk pengayaan uranium,” dan bangsa Iran “akan menampar siapa pun yang ingin kami meninggalkannya.” Ia menekankan bahwa meskipun fasilitas nuklir Iran pernah diserang, pengetahuan ilmiah tidak bisa dimusnahkan dengan pengeboman, sebab negara ini memiliki puluhan ilmuwan senior nuklir, ratusan ilmuwan yang mengikuti jejak mereka, serta ribuan pakar yang bekerja di bidang nuklir.
Ayatullah Sayyid Ali Khamenei juga menyinggung pengalaman Iran dalam perundingan nuklir. Beliau menyatakan bahwa Iran telah memenuhi semua kewajiban dalam perjanjian nuklir, namun pihak lain tidak mencabut sanksi. Berdasarkan pengalaman dengan Amerika Serikat, beliau menilai bahwa perundingan dengan Washington tidak membawa manfaat, justru akan merugikan Iran dalam situasi sekarang. Menurutnya, Amerika Serikat selama pembicaraan justru membuat tuntutan berlebihan, termasuk menyerahkan rudal dan meninggalkan pengayaan uranium, yang mencerminkan ketidaktahuan mendalam terhadap Teheran.
Dalam kesempatan itu, beliau menggambarkan pemerintah Amerika Serikat sebagai “tidak jujur” dan “munafik” karena menggunakan intimidasi serta ancaman untuk mencapai tujuan, sementara solusi bagi Iran hanyalah menjadi semakin kuat dalam menghadapi ancaman tersebut dengan bertawakal kepada Allah. “Amerika Serikat ingin memaksakan kehendaknya kepada Iran, dan itu bukanlah negosiasi. Yang mereka inginkan dari perundingan adalah agar tangan Iran benar-benar kosong, sehingga ketika mereka menyerang, negara ini tidak bisa membela diri,” tegas Ayatullah Sayyid Ali Khamenei.
Beliau kemudian menyatakan bahwa Amerika Serikat dan Israel menyadari kegagalan mereka hanya dalam waktu sepekan setelah melancarkan agresi terhadap Iran, berkat persatuan dan solidaritas rakyat Iran. “Ada perbedaan pandangan internal, namun dalam menghadapi musuh, semua orang berubah menjadi kepalan besi,” ujarnya. Ia menegaskan bahwa “Iran akan tetap menjadi Iran yang pernah menghadapi agresi dan tetap menjadi Iran yang turun ke jalan untuk mendukung pemerintahannya.”
Ayatullah Sayyid Ali Khamenei menambahkan bahwa musuh menyangka dengan menargetkan kepemimpinan Iran akan muncul kekacauan di dalam negeri, padahal tujuan utama mereka adalah menebar kerusuhan dan fitnah di kota-kota Iran. Namun beliau menegaskan bahwa rencana musuh itu gagal berkat kekokohan dan persatuan bangsa Iran.
Sumber berita: Al Mayadeen
Sumber gambar: Al Jazeera