Pemerintah Venezuela mempublikasikan isi surat yang dikirimkan Presiden Nicolás Maduro kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada 5 September. Dalam surat tersebut, Maduro mengajak Washington untuk mengedepankan perdamaian melalui dialog langsung dan saling pengertian.
Maduro menekankan bahwa Venezuela merupakan negara bebas narkoba dan terus berjuang melawan perdagangan gelap, berlawanan dengan tuduhan yang dilontarkan Amerika Serikat. Ia menyerukan agar diadakan diskusi langsung dan terbuka dengan Utusan Khusus Presiden AS untuk Misi Khusus, Richard Grenell, guna mengatasi gempuran media dan kabar bohong yang kerap diarahkan kepada Caracas.
Dalam surat yang ditujukan langsung kepada Trump itu, Maduro menulis:
“Saat ini, banyak perdebatan muncul mengenai hubungan antara Amerika Serikat dan Venezuela. Di tengah perdebatan itu, kami menyaksikan penyebaran disinformasi atau ‘berita palsu’ melalui berbagai saluran media. Saya teringat kabar bohong bahwa Venezuela menolak menerima kembali migran kami sendiri, namun persoalan itu segera terselesaikan setelah percakapan dengan Duta Besar Richard Grenell.”
Maduro menegaskan bahwa sejak bulan-bulan pertama masa jabatan kedua Trump, Caracas telah berusaha menjaga kontak langsung untuk membicarakan dan menyelesaikan isu-isu yang muncul di antara kedua pemerintahan. Namun, dalam beberapa pekan terakhir, ruang publik justru dibanjiri tuduhan palsu yang mengaitkan pejabat tinggi Venezuela dengan jaringan kejahatan terorganisir dan kartel narkoba. Tuduhan itu, katanya, merupakan bentuk disinformasi paling berbahaya yang digunakan untuk mencari alasan memicu konflik bersenjata yang akan membawa bencana besar bagi seluruh benua.
Ia menambahkan bahwa pemerintah Venezuela telah menggelar diskusi panjang dengan Grenell terkait isu ini dan sejumlah topik lain. Grenell, lanjutnya, telah mengirimkan data meyakinkan mengenai produksi dan peredaran narkoba di Amerika Selatan langsung kepada Trump. Data itu, kata Maduro, membuktikan secara konklusif bahwa Venezuela adalah wilayah bebas narkoba dan bukan jalur signifikan dalam perdagangan gelap.
“Ini adalah hasil dari kerja keras aparat kepolisian dan angkatan bersenjata kami selama bertahun-tahun,” tulis Maduro. Ia merinci bahwa menurut data PBB dan lembaga internasional lainnya, yang juga dikonfirmasi badan intelijen, 87 persen narkoba yang diproduksi di Kolombia dikirim melalui pelabuhan Pasifik, delapan persen melalui kawasan Guajira, dan hanya lima persen yang berusaha melintasi Venezuela. “Namun semua narkoba yang disita di sepanjang perbatasan kami dengan Kolombia, yang membentang lebih dari 2.200 kilometer, berhasil dicegat dan dimusnahkan.”
Maduro juga menyebut bahwa tahun ini saja Venezuela telah menghancurkan lebih dari 70 persen dari jumlah kecil narkoba yang mencoba masuk melalui perbatasan. Sesuai hukum nasional, sebanyak 402 pesawat yang digunakan untuk perdagangan narkoba internasional juga telah dimusnahkan. Semua data itu, tegasnya, menunjukkan catatan tak bercela Venezuela dalam memerangi perdagangan narkoba, sebagaimana diakui lembaga-lembaga internasional terkait.
Dalam bagian lain suratnya, Maduro mengingatkan kembali visi pembebas Simón Bolívar bahwa hubungan kedua negara seharusnya bersifat historis dan damai. Ia juga memuji upaya Trump untuk mengakhiri perang di kawasan lain. “Atas dasar itu, saya mendukung deklarasi terbaru Komunitas Negara-negara Amerika Latin dan Karibia (CELAC) pada 4 September, yang secara resmi menetapkan kawasan ini sebagai zona damai,” tulisnya.
Maduro kemudian menyampaikan undangan kepada Trump untuk memajukan perdamaian di seluruh benua melalui dialog konstruktif dan saling pengertian. Ia menegaskan bahwa isu-isu yang ada akan selalu terbuka untuk dibicarakan secara langsung dengan utusan khusus AS, Richard Grenell, demi menyingkap kabar bohong dan propaganda media.
Surat itu ditutup dengan pernyataan dari Caracas: “Dari tanah para pembebas, saya tegaskan komitmen untuk membela perdamaian dan kehidupan.”
Sumber berita: Al-Mayadeen
Sumber gambar: Bloomberg