Skip to main content

Pendudukan Israel terus melancarkan pembantaian di Gaza melalui pengeboman tanpa henti, pengepungan, dan taktik kelaparan yang berlangsung sejak 7 Oktober 2023. Pada Jumat, 19 September 2025, Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan bahwa 33 syahid telah diterima di rumah sakit dalam 24 jam terakhir, termasuk satu jenazah yang ditarik dari bawah reruntuhan, sementara 146 orang lainnya terluka. Tim penyelamat dan pertahanan sipil masih tidak mampu menjangkau banyak korban yang terperangkap di bawah puing-puing atau tergeletak di jalanan. Menurut Kementerian Kesehatan, serangan berkelanjutan Israel serta runtuhnya infrastruktur vital membuat tim darurat tidak lagi memiliki kapasitas untuk merespons.

Sejak dimulainya serangan Israel di Gaza pada 7 Oktober 2023, jumlah total syahid telah mencapai 65.174 orang, dengan 166.071 lainnya terluka, sehingga total korban mencapai 231.245 orang. Sejak perang kembali berlanjut pada 18 Maret 2025, korban bertambah 12.622 syahid dan 54.030 luka-luka—lonjakan yang mengejutkan hanya dalam enam bulan terakhir.

Di tengah kondisi ini, kelaparan di Gaza terus merenggut korban. Dalam serangan terbaru terhadap warga Palestina yang sedang menunggu bantuan kemanusiaan, satu orang gugur dan 17 lainnya terluka. Dengan demikian, jumlah warga Palestina yang terbunuh saat berusaha mendapatkan makanan telah mencapai 2.514 orang, dengan lebih dari 18.431 lainnya terluka. Kementerian Kesehatan juga mengonfirmasi empat kematian baru akibat kelaparan dan malnutrisi, termasuk seorang anak, sehingga total korban meninggal akibat kelaparan di Gaza kini mencapai 440 orang, termasuk 147 anak.

Di tengah memburuknya bencana kemanusiaan, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, memperingatkan bahwa sistem kesehatan Gaza berada di ambang kehancuran. “Rumah sakit di Gaza yang sudah kewalahan kini berada di ambang kehancuran, sementara kekerasan yang semakin meningkat menghalangi akses dan mencegah WHO menyalurkan peralatan medis vital,” ujarnya pada Kamis. Pada hari yang sama, Dewan Keamanan PBB kembali gagal mengesahkan rancangan resolusi yang menyerukan gencatan senjata segera di Jalur Gaza akibat veto Amerika Serikat. Menurut koresponden Al Mayadeen, AS menolak resolusi itu karena tidak mengutuk Hamas dan tidak mengakui apa yang disebut sebagai “hak Israel untuk membela diri.” Ini menandai keenam kalinya AS menggunakan hak vetonya untuk melindungi pendudukan Israel.

Sumber berita: Al Mayadeen

Sumber gambar: Anadolu Agency