Skip to main content

Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza melaporkan pada Selasa, 21 Oktober 2025, bahwa 13 warga Palestina gugur dan delapan lainnya terluka dalam 24 jam terakhir akibat serangan berkelanjutan pasukan pendudukan “Israel”, meskipun gencatan senjata telah diumumkan.

Dalam laporan hariannya, kementerian menjelaskan bahwa tujuh korban tewas akibat serangan langsung “Israel”, sementara enam lainnya ditemukan di bawah reruntuhan. Tim penyelamat masih menghadapi hambatan besar dalam mengevakuasi korban karena kerusakan parah dan puing-puing yang meluas di seluruh Jalur Gaza.

Dengan tambahan korban tersebut, jumlah keseluruhan warga Palestina yang gugur akibat genosida “Israel” di Gaza kini mencapai 68.229 orang, sementara jumlah korban luka meningkat menjadi 170.369 sejak 7 Oktober 2023.

Sejak gencatan senjata diberlakukan pada 11 Oktober 2025, tercatat 87 warga Palestina gugur, 311 terluka, dan 432 jenazah berhasil dievakuasi. Kementerian juga mengonfirmasi telah menerima 15 jenazah tak dikenal yang dikembalikan oleh “Israel”, sehingga total jenazah yang diserahkan mencapai 165.

Sementara itu, unit pasukan pendudukan Israel menangkap tiga nelayan Palestina setelah menembaki kapal mereka di lepas pantai Kota Gaza, menurut laporan koresponden Al Mayadeen. Kapal perang “Israel” juga menembakkan peluru artileri ke arah pantai Gaza, sementara drone Israel menyerang Kota Suhaila di timur Khan Younis, melukai satu orang. Penembakan artileri tambahan juga dilaporkan terjadi di kawasan yang sama.

Dalam konteks kemanusiaan, Program Pangan Dunia (WFP) menyatakan bahwa pihaknya masih belum mampu menyalurkan 2.000 ton bantuan per hari sebagaimana diperlukan, karena tidak semua jalur perbatasan telah dibuka kembali. Persediaan bantuan yang ada saat ini hanya mampu mencukupi sekitar 500.000 orang selama dua minggu.

Kantor Media Pemerintah di Gaza melaporkan bahwa sejak awal gencatan senjata, baru 986 truk bantuan yang masuk ke Jalur Gaza, dari total 6.600 truk yang disepakati dalam perjanjian gencatan senjata, menegaskan bahwa “Israel” terus menghalangi akses kemanusiaan.

Di sisi lain, Masyarakat Tahanan Palestina (PPS) melaporkan bahwa jumlah tahanan yang meninggal dunia sejak dimulainya perang “Israel” di Gaza telah meningkat menjadi 80 orang, termasuk setidaknya 47 tahanan asal Gaza, menyusul wafatnya tahanan Kamel al-Ajrami pada Senin lalu.

Sejak tahun 1967, total 317 tahanan Palestina telah gugur di dalam penjara-penjara “Israel”, angka yang juga dikonfirmasi oleh berbagai lembaga hak asasi manusia. Laporan lapangan terbaru mengindikasikan bahwa puluhan tahanan, terutama dari Gaza, dieksekusi setelah penangkapan.

PPS juga melaporkan bahwa “Israel” masih menahan 88 jenazah tahanan yang gugur dalam tahanan, termasuk 77 sejak dimulainya perang saat ini, sementara banyak lainnya asal Gaza masih dinyatakan hilang secara paksa.

Organisasi tersebut mengecam fase ini sebagai “tahap paling brutal dalam sejarah gerakan tahanan Palestina”, dengan menyoroti adanya pembunuhan sistematis dan penyiksaan di dalam penjara-penjara Israel. PPS juga menuduh Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir sebagai penghasut utama dalam rencana pengesahan undang-undang eksekusi terhadap tahanan Palestina.

“Tindakan-tindakan ini merupakan kejahatan perang dan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional,” tegas PPS, seraya menyerukan intervensi segera masyarakat internasional untuk melindungi para tahanan Palestina dan mengakhiri pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh otoritas pendudukan.

Sumber berita: Al Mayadeen

Sumber gambar: Al Jazeera