Skip to main content

Jurnalis Palestina Shadi Abu Sido mengungkapkan kisah penyiksaan dan perlakuan tidak manusiawi yang dialami tahanan Palestina di penjara-penjara Israel, dalam wawancaranya dengan Al Mayadeen pada Sabtu, 18 Oktober 2025. Ia menggambarkan para tahanan sebagai “sandera tanpa hak asasi manusia”, seraya menuding otoritas Israel melakukan penyiksaan sistematis secara fisik dan psikologis.

Abu Sido, yang dibebaskan setelah 20 bulan ditahan di Sde Teiman dan Ofer, mengatakan bahwa para tahanan sering kali tidak diizinkan tidur selama berhari-hari.

“Saya mengalami seratus hari berturut-turut dengan tangan dan kaki diborgol,” ungkapnya.

Ia juga menceritakan bentuk penyiksaan mental yang dialaminya.

“Seorang sipir berkata kepadaku bahwa keluarga dan anak-anakku telah dibunuh, rumahku dihancurkan. Mereka ingin menghancurkanku dari dalam,” katanya.

Abu Sido menambahkan bahwa sejumlah tahanan “mengalami pelecehan seksual,” dan menyebut hal itu sebagai pelanggaran berat terhadap hukum kemanusiaan internasional.

Kesaksian ini memperkuat pernyataan Mahmoud al-Arida, mantan tahanan yang juga diwawancarai Al Mayadeen sehari sebelumnya. Al-Arida, salah satu arsitek Operasi Terowongan Kebebasan 2021, mengatakan bahwa penyiksaan masih berlangsung di bawah pengawasan langsung otoritas penjara Israel.

Ia menyebut pejabat sayap kanan Itamar Ben-Gvir, Menteri Keamanan Nasional Israel, telah meninjau penjara-penjara seperti al-Naqab dan menginstruksikan agar pengawasan terhadap tahanan diperketat.

Dalam wawancaranya, al-Arida juga mengenang pelarian bersejarahnya dari Penjara Gilboa, serta menyerukan solidaritas dunia terhadap para tahanan Palestina. Ia menuturkan bahwa seluruh saluran komunikasi di penjara diputus, dan mereka yang terlibat dalam operasi tersebut diisolasi dari tahanan lain.

Al-Arida menambahkan bahwa dalam kesepakatan pertukaran tahanan sebelumnya, otoritas Israel sempat memberitahunya bahwa ia akan dibebaskan. Namun, ketika dibawa keluar sel, ia justru disiksa secara brutal, sebelum akhirnya menyadari bahwa kabar pembebasan itu hanyalah tipu muslihat.

Sumber berita: Al Mayadeen

Sumber gambar: Saba News Agency