Skip to main content

Anggota parlemen Lebanon dan kader blok Loyalty to the Resistance, Ali Fayyad, menegaskan bahwa Lebanon tidak terbuka untuk melakukan normalisasi hubungan dengan entitas Israel, serta menekankan bahwa Hizbullah dan sekutunya akan dengan tegas menolak segala bentuk perundingan langsung dengan pihak pendudukan.

Dalam wawancaranya dengan Al Mayadeen, Fayyad menegaskan bahwa Lebanon menolak adanya saluran negosiasi langsung dengan “Israel” dan hanya mengandalkan perundingan tidak langsung melalui pemerintah Lebanon, sebagaimana yang terjadi dalam proses demarkasi perbatasan maritim sebelumnya.

Pejabat Lebanon itu juga memperingatkan bahwa pasukan pendudukan Israel dapat sewaktu-waktu melakukan eskalasi, menegaskan bahwa Lebanon memiliki hak sah penuh untuk mempertahankan diri.

Mengenai rekonstruksi wilayah yang rusak akibat perang Israel terhadap Lebanon, Fayyad menyebutkan bahwa total anggaran untuk pemulihan penuh diperkirakan mencapai 6 miliar dolar AS, sambil menilai bahwa estimasi sebelumnya sebesar 14 miliar dolar “terlalu berlebihan.”

Lebih lanjut, Fayyad menyinggung posisi Hizbullah dalam masyarakat Lebanon. “Secara jujur dan terbuka, sebagian orang lupa bahwa Hizbullah adalah partai paling populer di Lebanon dan memperlakukannya secara keliru,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa partai tersebut bukanlah partai konvensional, sebagaimana terlihat dari pemakaman Sayyid Hassan Nasrallah dan upacara yang digelar oleh organisasi kepanduan Hizbullah.

Sementara itu, Presiden Lebanon Joseph Aoun pada Senin, 13 Oktober 2025, menyatakan bahwa “tidak ada alternatif selain perundingan” dengan rezim Israel untuk menyelesaikan berbagai sengketa yang masih tertunda, seiring dengan dimulainya pelaksanaan rencana gencatan senjata di Gaza yang digagas Presiden AS Donald Trump.

Berbicara di hadapan delegasi dari Asosiasi Media Ekonomi, Aoun mengingatkan bahwa Lebanon sebelumnya telah mengadakan pembicaraan tidak langsung dengan “Israel” di bawah mediasi Amerika Serikat dan Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang menghasilkan kesepakatan demarkasi perbatasan maritim.

“Apa yang menghalangi kita untuk mengulangi proses yang sama guna menyelesaikan persoalan lain?” tanyanya. “Terlebih karena perang ini tidak menghasilkan apa pun. Israel pada akhirnya tetap berunding dengan Hamas setelah kehabisan opsi militer.”

Aoun menekankan bahwa “suasana yang berlaku saat ini adalah suasana menuju penyelesaian, dan negosiasi tak terhindarkan,” sambil menambahkan bahwa kerangka dan bentuk perundingan tersebut “akan ditentukan pada waktu yang tepat.”

Sumber berita: Al Mayadeen

Sumber gambar: Jerusalem Post