Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi, menyatakan bahwa Republik Islam Iran tidak dapat menghadiri KTT Sharm el-Sheikh karena tidak mungkin “berurusan dengan pihak-pihak yang telah melancarkan agresi terhadap rakyat Iran dan masih terus mengancam serta menjatuhkan sanksi terhadap kami.”
Dalam pernyataannya di platform X pada Senin dini hari 13 Oktober 2025, Araqchi menulis, “Iran menyampaikan rasa terima kasih kepada Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi atas undangan untuk menghadiri KTT Sharm el-Sheikh. Namun, meskipun kami menghargai dialog diplomatik, baik Presiden Masoud Pezeshkian maupun saya tidak dapat duduk bersama mereka yang telah menyerang rakyat Iran dan masih terus mengancam serta memberlakukan sanksi terhadap kami.”
Ia menambahkan bahwa Iran “menyambut setiap inisiatif yang dapat mengakhiri genosida Israel di Gaza dan mengarah pada penarikan pasukan pendudukan dari wilayah tersebut.”
Araqchi menegaskan bahwa rakyat Palestina memiliki hak sepenuhnya untuk mewujudkan hak mendasar mereka atas penentuan nasib sendiri, dan bahwa seluruh negara “memiliki kewajiban moral dan hukum untuk mendukung perjuangan sah ini, lebih dari kapan pun sebelumnya.”
Menutup pernyataannya, Menlu Iran itu menekankan bahwa negaranya “selalu menjadi dan akan tetap menjadi kekuatan utama bagi perdamaian di kawasan. Tidak seperti entitas pendudukan yang melakukan genosida, Iran tidak mencari perang tanpa akhir—terlebih dengan mengorbankan sekutunya—melainkan mengupayakan perdamaian abadi, kemakmuran, dan kerja sama.”
Sumber berita: Al-Alam
Sumber gambar: China Daily