Deportasi besar-besaran dan penyiksaan terhadap peserta Global Sumud Flotilla (GSF)
Aktivis Swedia Greta Thunberg mendapat sambutan hangat dari massa pro-Palestina saat tiba di Athena. Kementerian Luar Negeri Yunani menyatakan 161 aktivis mendarat di Athena, termasuk Thunberg, 27 warga Yunani, dan warga dari hampir 20 negara lain. Sementara itu, otoritas Israel mengatakan telah mendeportasi 171 aktivis (termasuk Thunberg), sehingga total yang dideportasi mencapai 341 dari 479 yang ditahan saat pembajakan armada.
Peserta konvoi, yang tergabung dalam Global Sumud Flotilla (GSF), menuduh terjadinya pelanggaran hak asasi selama penahanan: pemukulan, penahanan dalam kandang besi, kekurangan makanan dan air, pemaksaan memakai bendera Israel, dan penyitaan barang pribadi maupun obat-obatan. Beberapa aktivis melaporkan kelalaian perawatan dan tindakan intimidasi; beberapa memulai mogok makan. Kapten kapal Amsterdam GSF, Mohammed Ali Mohiuddin, menyebut pembajakan kapal sebagai tindakan “sangat mengerikan” dan melaporkan perlakuan kasar terhadap para tahanan. Mohiuddin mengatakan akan segera memulai persiapan flotilla baru untuk menantang blokade Gaza.
(Perlu dicatat adanya perbedaan angka dalam laporan berbagai pihak.)
Kekerasan dan operasi di Tepi Barat
Pasukan pendudukan melancarkan serangkaian razia di berbagai kota dan desa Tepi Barat: Beit Ummar (utara al-Khalil) dilaporkan menimbulkan satu korban tertembak, dan serangan gas air mata pada Kafr Ein (utara Ramallah). Razia juga terjadi di Tammun, Rummaneh (barat Jenin), al-Jib (barat laut al-Quds) dan Silwad (timur Ramallah). Bentrokan sengit tercatat di Qabatiya (selatan Jenin) dengan tembakan peluru nyata ke arah warga sipil. Kru Palestine TV di Jenin ditahan beberapa jam sebelum akhirnya dibebaskan. Otoritas pendudukan juga melarang Sheikh Ikrima Sabri (khotib Masjid Al-Aqsa) memasuki kompleks selama enam bulan.
Laporan Reuters menyebut pembatasan ekonomi Israel terhadap Tepi Barat semakin menggerus kemungkinan terwujudnya negara Palestina di wilayah tersebut.
Kesiapan perlawanan di Tepi Barat
Dalam peringatan ke-38 pendirian gerakan Jihad Islam Palestina, komandan Brigade al-Quds di Tepi Barat mengumumkan bahwa perlawanan memasukkan sejumlah senjata baru ke dalam layanan operasional, menandakan kesiapan dan eskalasi kegiatan. Komandan tersebut memperingatkan bahwa hari-hari mendatang akan menunjukkan langkah-langkah yang telah disiapkan dan menegaskan bahwa Tepi Barat “tidak akan bisa ditaklukkan.” Pernyataan ini menegaskan kesiagaan dan tekad elemen perlawanan di wilayah itu.
Perundingan tidak langsung di Sharm El-Sheikh dan tekanan politik AS-Israel
Pembicaraan tidak langsung antara Hamas dan delegasi Israel berlangsung di Sharm El-Sheikh, Mesir, dengan fokus pada jaminan jelas dan mengikat untuk gencatan senjata — khususnya karena kecurigaan Hamas terhadap pengingkaran kesepakatan sebelumnya. Hamas menyatakan menerima kerangka pertukaran tawanan (menyetujui pembebasan tawanan Israel hidup dan tewas sesuai formula yang diajukan), namun mengkondisikan isu-isu tentang masa depan Gaza dan hak-hak rakyat Palestina pada keputusan nasional yang lebih luas dan sesuai hukum internasional.
Presiden AS Donald Trump menyatakan dalam beberapa pernyataan publik dan unggahan bahwa negosiasi sudah mendekati finalisasi dan menekan agar proses segera diselesaikan; ia juga menyampaikan ultimatum waktu (klaim waktu itu dipublikasikan oleh pihak AS). Pemerintah Israel mengatakan tim negosiasi akan berangkat ke Mesir untuk membahas detail pembebasan tawanan, seraya menegaskan bahwa yang berlangsung saat ini adalah jeda sementara, bukan gencatan senjata penuh.
Laporan ini disusun berdasarkan berbagai sumber berita dan pernyataan resmi.
Sumber gambar: Reuters