Skip to main content

Hamas Bantah Isu Pelucutan Senjata

Pejabat senior Hamas, Mahmoud Mardawi, pada Minggu, 5 Oktober 2025 membantah klaim yang beredar di Al Hadath TV dan beberapa media lain terkait kesepakatan gencatan senjata maupun isu pelucutan senjata. Ia menegaskan bahwa pemberitaan tersebut “sepenuhnya tidak benar dan bertujuan mendistorsi posisi Hamas serta memecah opini publik.”

Mardawi meminta media untuk menjaga akurasi serta merujuk pada saluran resmi Hamas, bukan pada sumber anonim. Sejumlah laporan sebelumnya menyebut Hamas setuju menyerahkan senjata kepada badan Palestina-Mesir di bawah pengawasan internasional. Hamas menolak rumor itu dan menegaskan bahwa sikap resmi mereka adalah mendukung pertukaran tawanan sesuai kerangka proposal Trump, tetapi isu-isu lain terkait masa depan Gaza dan hak-hak rakyat Palestina hanya akan diputuskan melalui konsensus nasional.

Proposal Trump dan Tekanan Politik

Presiden AS Donald Trump pada hari yang sama mengumumkan bahwa “Israel” telah menyetujui penarikan pasukan di Gaza sebagai bagian dari upaya gencatan senjata. Melalui unggahan di Truth Social, ia menyebut rencana itu mencakup penghentian serangan, pembebasan tawanan Israel, serta penarikan pasukan. Trump menggambarkan kesepakatan ini sebagai jalan untuk mengakhiri “bencana 3.000 tahun.”

Namun Trump juga memperingatkan bahwa Hamas akan menghadapi “penghancuran total” bila menolak menyerahkan kekuasaan di Gaza. Kepada CNN, ia menyebut masih menunggu jawaban Hamas atas proposal 20 poin yang ia ajukan. Trump mengaku telah menekan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk menerima gagasan itu. Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan proses negosiasi akan segera memperlihatkan apakah Hamas serius atau tidak.

Dari pihak Israel, juru bicara pemerintah Orna Edelberg Kasher menyampaikan bahwa tim negosiasi segera berangkat ke Mesir untuk membahas detail pembebasan tawanan. Ia menegaskan bahwa yang ada sekarang bukan gencatan senjata, melainkan jeda sementara.

Gaza Tetap Digempur

Di lapangan, agresi Israel ke Gaza tetap berlangsung meski adanya klaim pengurangan serangan. Sejak Minggu pagi, setidaknya 70 warga Palestina, termasuk perempuan dan anak-anak, terbunuh. Serangan udara Israel menargetkan warga sipil di berbagai lokasi, termasuk kawasan al-Shakoush di Rafah, persimpangan al-Shuja’iyya, serta lingkungan al-Rimal di Gaza City.

Reporter Al Mayadeen melaporkan bahwa pasukan Israel tidak menarik diri dari jalur-jalur yang telah mereka duduki, termasuk empat titik di Gaza City. Bahkan, militer Israel meledakkan kendaraan lapis baja sarat bahan peledak untuk menghancurkan rumah-rumah di Tal al-Hawa. Di Khan Younis dan kamp pengungsi al-Bureij, artileri Israel kembali menewaskan warga.

Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa dalam 24 jam terakhir rumah sakit menerima 65 jenazah dan 153 korban luka. Korban tewas akibat agresi sejak 7 Oktober 2023 kini mencapai 67.139 orang dengan 169.583 luka-luka. Sejak pelanggaran gencatan senjata 18 Maret 2025, jumlah korban bertambah 13.549 syahid dan 57.542 terluka.

Dua Tahun Genosida: Gaza di Ambang Kehancuran

Kantor Media Pemerintah Gaza pada Minggu, 5 Oktober 2025 merilis laporan memperingati dua tahun agresi Israel yang mereka sebut sebagai genosida berkelanjutan. Laporan itu menyebut lebih dari 76.600 warga Palestina terbunuh atau hilang sejak perang dimulai, termasuk 20.000 anak-anak dan 12.500 perempuan. Sebanyak 2.700 keluarga dihapus total dari catatan sipil, sementara 6.000 lainnya hanya tersisa satu anggota.

Hampir 90 persen infrastruktur Gaza hancur. Lebih dari 2 juta penduduk terpaksa mengungsi berulang kali, sementara 80 persen wilayah kini berada di bawah pendudukan militer Israel. Sistem kesehatan ambruk: 38 rumah sakit dan 96 klinik hancur, 197 ambulans diserang, dan 1.600 tenaga medis gugur. Laporan juga mencatat 254 jurnalis, 140 anggota pertahanan sipil, serta 540 pekerja bantuan menjadi korban.

Sektor pendidikan pun luluh lantak. Sebanyak 95 persen sekolah rusak, 165 institusi pendidikan hancur total, dan 13.500 siswa bersama 830 guru syahid. Tempat ibadah tak luput dari serangan: 835 masjid hancur rata dan sejumlah gereja rusak berat.

Gaza kini menghadapi kelaparan akut. Nyawa lebih dari 650.000 anak terancam akibat kekurangan gizi, sementara 22.000 pasien yang telah mendapat izin berobat di luar negeri tetap terjebak di dalam Gaza. Kantor Media Pemerintah Gaza memperingatkan bahwa dunia harus bertindak segera “sebelum Gaza lenyap sepenuhnya.”

Laporan ini disusun berdasarkan berbagai sumber berita dan pernyataan resmi.

Sumber gambar: Report