Skip to main content

Hamas Serahkan Jawaban Resmi atas Rencana Trump

Pada Jumat, 3 Oktober 2025, Gerakan Perlawanan Islam Hamas mengumumkan bahwa pihaknya telah menyampaikan jawaban resmi terhadap rencana yang diajukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengenai Gaza.

Dalam pernyataannya, Hamas menegaskan telah melakukan konsultasi luas dengan kepemimpinan internal, faksi-faksi Palestina lainnya, serta mediator internasional sebelum merumuskan jawaban tersebut. Hamas mengapresiasi upaya Arab, Islam, dan internasional—termasuk inisiatif Presiden Trump—yang bertujuan menghentikan perang di Gaza, memastikan masuknya bantuan kemanusiaan, mencegah pengusiran warga, serta menolak pendudukan atas Jalur Gaza.

Hamas menyetujui kerangka pertukaran tawanan sebagaimana ditawarkan dalam rencana tersebut, dengan komitmen membebaskan seluruh tawanan Israel—baik yang masih hidup maupun yang gugur—sesuai kondisi lapangan yang memungkinkan. Hamas juga menyatakan siap untuk segera memasuki tahap negosiasi melalui mediator.

Selain itu, Hamas menerima gagasan pembentukan otoritas teknokratis independen untuk mengelola Gaza atas dasar konsensus nasional dan dukungan Arab-Islam. Namun, Hamas menegaskan bahwa isu-isu mendasar mengenai masa depan Gaza dan hak-hak rakyat Palestina merupakan keputusan nasional yang lebih luas dan harus diputuskan bersama seluruh komponen bangsa.

Trump sebelumnya memberikan batas waktu hingga Minggu, 5 Oktober 2025 pukul 18.00 waktu Washington bagi Hamas untuk menyetujui proposalnya. Ancaman Trump yang menyebut “akan terjadi neraka” jika Hamas menolak, dikritik luas sebagai bentuk diplomasi koersif.

Laporan Korban Resmi Kementerian Kesehatan Gaza

Kementerian Kesehatan di Gaza pada Jumat, 3 Oktober 2025 melaporkan bahwa dalam 24 jam terakhir, sebanyak 63 jenazah syuhada dan 227 orang terluka tiba di rumah-rumah sakit. Total korban sejak dimulainya agresi Israel pada 7 Oktober 2023 kini mencapai 66.228 syahid dan 169.165 luka-luka.

Sejak gencatan senjata dilanggar Israel pada 18 Maret 2025, korban mencapai 13.420 syahid dan 57.124 terluka. Di antara korban terbaru terdapat 15 warga yang gugur akibat kelaparan serta lebih dari 80 orang terluka saat mencoba memperoleh bantuan pangan di titik distribusi yang ditetapkan. Dengan demikian, jumlah warga Palestina yang gugur saat mencari bantuan pangan—yang disebut sebagai syuhada roti sehari-hari—telah mencapai 2.597 orang, sementara 19.054 lainnya terluka.

Al Mayadeen melaporkan terjadinya pembantaian di Pelabuhan Gaza setelah tenda-tenda pengungsi diserang oleh pasukan pendudukan. Di Kota Gaza, helikopter dan drone Israel membombardir rumah-rumah warga di lingkungan al-Nasr dan Sabra, sementara artileri berat menghantam bagian timur kota.

Di Khan Younis, 13 jenazah dievakuasi dari bawah reruntuhan setelah serangan udara Israel mengenai area penampungan pengungsi. Serangan lain di kawasan al-Tineh menewaskan sejumlah warga yang tengah menunggu bantuan.

Krisis Kemanusiaan Makin Parah

UNRWA dalam pernyataannya pada Jumat, 3 Oktober 2025 kembali menuntut gencatan senjata segera serta akses kemanusiaan penuh ke Jalur Gaza. Badan PBB itu menekankan bahwa “puluhan ribu pengungsi Palestina menghadapi pengungsian berulang, akses terhadap pangan, air, dan tempat aman sangat terbatas.”

UNRWA juga mengecam pernyataan pemerintah Israel yang melabeli warga sipil di Kota Gaza sebagai “teroris,” seraya memperingatkan bahwa hal ini merupakan sinyal niat untuk melancarkan lebih banyak pembantaian.

Sementara itu, UNICEF dan WHO menyuarakan peringatan keras atas kondisi rumah sakit di Gaza, khususnya Rumah Sakit Nasser. Menurut James Elder, juru bicara UNICEF, “kondisi bagi ibu dan bayi baru lahir di Gaza tidak pernah seburuk ini. Lorong rumah sakit dipenuhi perempuan yang baru melahirkan, bayi prematur terpaksa berbagi satu tabung oksigen secara bergantian.”

WHO menambahkan bahwa hanya 14 dari 36 rumah sakit di Gaza yang masih berfungsi sebagian, dengan persediaan obat-obatan yang terus menipis. Pasokan darah dan peralatan transfusi dilaporkan hampir habis akibat tertahannya distribusi bantuan di perbatasan.

Kronologi Serangan Intensif Jumat Malam

Pada Jumat malam, 3 Oktober 2025, serangan udara Israel meningkat tajam di berbagai wilayah Jalur Gaza. Di Kota Gaza, 42 warga gugur ketika rumah di Jalan Ayediya, wilayah barat kota, dibom jet tempur Israel. Banyak korban masih tertimbun reruntuhan.

Di dekat Pelabuhan Gaza, tujuh pengungsi gugur setelah tenda-tenda pengungsian dibom, sementara di kamp pengungsi al-Maghazi, serangan drone menewaskan tujuh warga dan melukai 30 lainnya di sekitar Lapangan Maki.

Sementara itu, empat warga lainnya syahid di Khan Younis akibat serangan di Jalan Jalala. Laporan terakhir dari Kementerian Kesehatan Gaza menyebutkan, hingga Sabtu pagi, 66.288 warga Palestina telah gugur dan 169.165 lainnya terluka sejak 7 Oktober 2023.

Laporan ini disusun berdasarkan informasi dari berbagai sumber.

Sumber gambar: Al Jazeera