Skip to main content

Global Sumud Flotilla (GSF), misi kemanusiaan sipil menuju Jalur Gaza, melaporkan pada Rabu, 24 September 2025, bahwa kapal-kapal mereka diganggu serangan drone, ledakan, dan gangguan komunikasi ketika berlayar di Laut Tengah.

Koordinator flotilla, Wael Nawwar, menyebut empat kapal diserang dengan bom suara. Meski tidak ada korban luka, insiden itu menimbulkan kekhawatiran serius. “Ledakan, drone tak dikenal, dan komunikasi yang terputus-putus—kami sedang mengalaminya langsung saat ini. Tapi kami tidak akan gentar,” demikian pernyataan resmi penyelenggara.

Mereka menuding Israel dan sekutunya berada di balik upaya ini, yang dinilai sebagai bagian dari strategi untuk mencegah bantuan kemanusiaan mencapai Gaza yang masih terkepung. “Sejauh apa pun Israel dan sekutunya berusaha memperpanjang penderitaan kelaparan dan genosida di Gaza, tekad kami justru makin kuat,” tegas mereka.

Menurut laporan flotilla, sejumlah drone menjatuhkan benda tak dikenal di sekitar kapal, sementara beberapa ledakan terdengar di dekat armada. Sinyal komunikasi juga terganggu, sehingga muncul dugaan adanya operasi terkoordinasi untuk menghalangi misi ini.

Meski begitu, GSF menegaskan mereka tetap berlayar. “Taktik seperti ini tidak akan menghentikan kami. Setiap upaya intimidasi hanya menambah tekad untuk menembus blokade ilegal Gaza dan mengirimkan bantuan,” lanjut pernyataan itu. “Kami tidak akan dibungkam. Kami akan terus berlayar.”

Insiden ini menyusul serangan sebelumnya di perairan Tunisia. Kapal Family Boat sempat terbakar setelah terkena ledakan di pelabuhan Sidi Bou Said, sementara kapal terbesar flotilla, Alma, juga menjadi sasaran serangan terpisah. Penyelenggara menuduh Israel bertanggung jawab, meski otoritas Tunisia saat itu membantah adanya serangan.

Kini armada flotilla dilaporkan berada di bagian tengah Laut Tengah, setelah berangkat dari pelabuhan di Spanyol, Italia, dan Tunisia. Konvoi ini bertujuan mengirimkan bantuan kemanusiaan langsung ke Gaza dan menantang blokade Israel yang kian ketat sejak perang berkobar pada akhir 2024.

Sumber berita: Al Mayadeen

Sumber gambar: TRT World